SEKUNTUM MELATI DI KUALA JEUMPA
ISTERI PEMBERIAN AYAH
Hari mendung, hujan turun
rintik-rintik. Keadaan alam sangat tenang pagi itu. Daun-daun kyu dan
rumpun-rumpun padi sama tiada bergerak. Begitu pula kedai kuala Jeumpa sama
membisu laksana tempat baharu habis di sambar geureuda. Hanya kelihatan seorang
dua sedang berjalan dengan gaya yang agak lesu. Ditambah pula sesekali
diselingi kokok ayam tengah bermain dengan betinanya,membuat penunggu kedai
terbawa hanyut perasaan. Apalagi Nyak Hasan sudah dua puluh sari di tinggalkan
Saian,bukankah ia sebagai orang kehilangan mustika? Ya,itu tidak dapat
disangkal lagi.
Saian telah pergi. Pergi menuntut ilmu
sebagaimana di ceritakan dari suratnya kepada mariah dahhlu. Kini tinggallah
Nyak Hasan seorang diri. Taroklah ada yahya teman barunya,namun keduanya tidak
kesepahaman ; karena pada setiap diri seseorang ada kekurangan,ada
kelebihan,demikian pulalah dengan Nyak Hasan,apa saja kekurangan pada
dirinya,tidak di dapati pada yahya.
Memang Ahmad tidak lahi tinggal di
Kuala jeumpa. Telah menetap di jeunieb bersama ayah Nyak Hasan dan abangnya
bernama Bedul. Sebab pada hari keempat hari raya Nyak Hasan mulai membuka
usahanya kembali,sedang Ahmd masih di kampung,maklumlah orsng baru
kawin,terpaksalah di datangkan yahya untuk membantu Nyak Hasan.
Dulu Nyak Hasan seorang periang. Kini
keriangannya itu telah berganti dengan sifat pendiam. Apakah kesehatannya telah
terganggu? Tidak,kesehatannya cukup baik dan tubuhnya segar bugar, Cuma
pikirannya sedikit terganggu ialah lantaran kehilangan saian. Memang biar siapa
dapat merasai, sebab baru beberapa hari berjalin kasih ,kini gadis itu telah
menghilang. Hati siapakah takkan sedih. Dilihat pada yahya tidak pandai
menghibur. Tetapi kalau ahmad sudah terkenal sebagai pelawak. Ia juga
dijauhkan. Inilah Nyk Hasan sehari kesehari tambah kesepian. Memang disana ada
dua gadis pulang dari jauh. Tak pernah didekati oleh Nyak hasan. Dia hanya
terkenang akan saian gadis yang telah jatuh hatinya.
Pada suatu pagi Nyak Hasan sedang
berjalan dengan yahya. Keduanya menuju kuala untuk melihat tepi aut tempat
ombak memecah,bergulung,menyusuri pantai. Lagi pula waktu itu sedang musim
tongkol. Orang banyak sekali. Tapi bagi Nyak Hasan tujuan utamanya bukanlah
untuk mencari ikan,sekedar mencari hiburan di alam terbuka,sebab ia seorang
anak muda bebas merdeka laksana burung diudara. Belum sampai di persimpangan
bertemu bedul abang kandung Ahamad baru datang dari Jeunieb. Sehabis di tegur, bedu memisahkan Nyak Hasan
dengan Yahya,keduanya duduk atas rumput.
”Perintah bapak tuamu kau di panggil pulang ke jeunieb. Itusepeda
disuruh bawa! Aku pulang dengan kereta api”.
Mendengar perintah seberat itu Nyak
Hasan sangat terkejut. Ia menatap bedul sebab tidak mengerti apa telah terjadi.
“buat apa
kau disuruh pulang?”
“aku tidak
tahu. Tanyalah sendiri padanya!”
Nyak Hasan benar-benar gelisah
karena benar-benar tidak mengerti. Tentang hubungan dengan saian tidak ada
seorangpun yang tahu. Mungkin pula soal ambilan. itu boleh jadi sebab ia banyak
ambilan. bapak tuanya melihat kedatangan Nyak Hasan segera membelakangi
pura-pura tidak melihat. Hal ini di ketahui Nyak Hasan makanya segera
menghadap.
“buat apa
saya disuruh pulang?”
“tunggulah
malam nanti!”
”beritahukan
sekarang!”
“nanti malam
saja,san!”
“sekarang
jua”
“duduklah
dulu!” kata bapak tuanya dengan senyum dibuat-buat.
”kau mulai
hari ini tak boleh kemana-mana! Kecuali ke Wc,mandi,dan shalat.
“sebabnya
apa?”
“sebab
musabab tidak ada.Cuma kau mulai hari ini tak boleh pergi ke Kuala Jeumpa
sebelum ayah mu datang!”
“pakaian ku
masih disana”
“biar Ahmad
yang mengambil!.”
Mendengar keputusan demikian
terpekurlah Nyak Hasan. Keringatnya tambah mengalir. Ahmad yang baru tiba tidak
berani menjabat salam. Hening seluruhnya. Semua terpekur. Tak lama antaranya
Nyak Hasan pergi kebelakang merebahkan diri atas ranjang. Ia masih saja
mengingat soal apa ini? Sampai bapak tuanya begitu keras menjatuhkan
hukuman,apakah ada motif-motif lain? Memang ada : kira-kkira dua bulan Nyak
Hasan menetap di Kuala Jeumpa ada berkenalan dengan seorang perempuan namanya
Saian. Perempuan itu sudah bersuami. Belum lagi mempunya anak yang masih
menduduki bangku sekolah. Dalam pergaulan mereka sehari-hari orang ada menduga
bahwa perempuan itu ada menaruh hati pada Nyak Hasan. Setiap kesekolah selalu
singgah. Kalau pulang tak lupa menjenguknya. Kadang-kadang brjam-jam suka duduk
menceritakan apa saja mengenai hal yang sopan. Apalagi di waktu libur telah
menjadi waktu yang panjang baginya. Jika ada halangan duluan di beri tahukan
bahwa esok tidak sekolah. Selain dari itu ada di suruh menulis beberapa qasidah
(syair) pada Nyak Hasan. Sebenarnya hal seperti ini biasa pada remaja tukar
menukar nyanyi, sehingga pada suatu petang Nyak Hasan sedang mengajar sebuah
lagu di belakang kedai,keduanya sama bersandar pada dinding. Suami perempuan
tersebut ada melihat,tidak di regur,kecuali macut Aisyah sangat melarang Nyak
Hasan untuk tidak lagi berbuat seperti itu.
“jagan terlalu mendekati dia sebab
pada suatu waktu engakau akan menjadi malu! Dalam beberapa hari itu pernah ku
dengar orang memperkatakan dia dengan mu. Karena itu jagalah diri semasih di
sayangi orang,ini kampung,Nyak!”
Segala nasihat yang di berikan
macut telah di turuti Nyak Hasan. Dan ia telah pula memberitahukan pada
perempuan itu supaya mau membatasi diri dari cerita orang. Lagi pula ia takut
benar dalam perkenalannya nanti jangan-jangan salah duga. Pada hl apa kalau
diingat hanya adik dan kakak. Tetapi bila fitnah? Selalu mencari jalan walau
tidak mendapat kesalahan.
Demi kianlah sepuluh hari
kemudian setelah terjadi tersebut,Nyak Hasan mau pulang ke Sigli. Terlihat
suami perempuan itu berdiri di tepi jalan. Di dekati dengan Nyak Hasan dengan
sedikit senyum sekedar menghormati. “ saya mau pulang sebentar bang!”.
“apa?”
“aku
mau pulang sebentar,”
Di
jawabnya cukup sakit,tetapi tidak langsung sebab bukan makian. Yang maksudnya.
“hanyutkan dirimu segera ke Pidie sebelum kena pukul!” kata-kata ini lebih
berat dan lebih terasa kalau dalam bahasa daerah.
Memang pernyataan demikian banyak
mengandung emosi. Orang dapat menduga bahwa ia sangat tidak senang perkenalan
isterinya dengan Nyak Hasan. Tetapi Nyak Hasan telah lama membatasi diri serta
melarang perempuan tersebut mengunjungi tempat nya. Hal ini telah berlalu
hampir tiga bulan dan Nyak Hasan masih menetap di Kuala Jeumpa. Lambat betul
laporan ini di sampaikan orang pada bapak tuanya. Maka bapak tuanya untuk
menghindarkan bencana yang memalukan itu,terpaksalah di panggil pulang.
Selang tiga hari ayahnya dari kampung
datang pula. Semua perkara yang bersangkutan dengan Nyak Hasan telah di
sampaikan. Nyak Hasan tidak menduga perkara yang tidak berarti sudah menjadi
besar. Ia masih saja ingat soal ambilan. di catatnya lah semua pakaian sampai
pada celana kolor sebagai bukti,bahwa ia tehu mempergunakan uang,bukan
pemboros.
Malam pertama dalam hati
yang berdebar-debar dinantikan panggilan,lewat. Menjelang malam kedua barulah
di panggil menghadap. Bagaimana permulaan
kalimat diucapkan oleh ayahnya?
“malam
ini kita bikin perkiraan,Nyak Hasan diberhentikan dari jualan,ia tidak boleh
tinggal disini,ia harus pulang!”
Nyak Hasan hanya
duduk menekur,tak dapat buka mulut, segala dugaan jatuh meleset. Dan semua
persiapan tidak berguna sama sekali. Maka dengan itu melayang-layanglah
pikirannya sesuai dengan kalimat pemberhentian. Apabila orang tuanya
memperhentikan ia,ia akan pindah ketempat kekasihnya atau ke samalanga. Disana
tidak berjauhan dengan Kutablang. Sekurang-kurangnya seminggu sekali dapat
bertemu.
“sekarang
begini! Ini menurut pendapat saya,” kata bedul membelah kesunyian.
Semua mata tertuju
pada bedul,juga Nyak Hasan, kemudian menekur kembali melanjutkan sidang.
“
Nyak Hasan jangan di berhentikan! Ia tetap tinggal disini tetapi harus
mempunyai syarat.”
“syaratnya
bagaimana?” tanya seseorang diantara mereka berlima.
“begini! Nyak Hasan dilarang pergi ke Kuala Jeumpa
atau ke Bireuen selama enam bulan. Pendek kata ke jurusan timur dengan berwatas
jembatan jeunieb tidak boleh lewat. Tetapi kalau ke barat boleh pergi kemana
saja. Apakah ke Sigli,Banda Aceh, terus ke Meulaboh, itu terserah pada
dia,bagaimana,akur?
“
jika demikian boleh juga,” sahut yang lain. Ayah Nyak Hasan tiada menjawab
hanya menganggukkan kepala. Nyak Hasan hampir-hampir tersenyum sebab tahu benar
bahwa mereka sedang bersandiwara. Ia menuruti apa saja yang di perkatakan
mereka. Keluar tidak keluar terserah pada ayahnya.
Baharu sepuluh hari
Nyak Hasan menetap di Jeunieb,tak obahnya seperti burung nuri bergelang tanduk,
berputar-putar pada epotong kayu, hidupnya tak lagi bebas,langkahnya telah
dibatasi. Apalagi Ahmad yang telah menjadi sahabat karib nya juga dipindahkan.
Dimanakah lagi tempat bertanya bilamana ada sesuatu hal? Semua telah jauh.
Saian telah pergi,Ahmad diasingkan, dan Kuala Jeumpa tempatnya menjalin kasih
dengan saian,itu pula disuuruh tinggalkan. Mengapa ayahnya lekas sekali
menjatuhkan vonis? Apakah hal demikian dapat berjalan dengan baik? Tidak! Ia
tetap mencari jalan ,ia harus bebas. Sebagai langkahnya yang pertama dimulailah
pada hari jum’at. Sebab pada hari itu semua kedai harus tutup mulai pukul
sebelas sampai pukul satu. Semua di haruskan shalat jum’at. Harus patuh,harus
taat untuk menyesuaikan diri menurut daerahnya,yaitu,Aceh serambi mekkah. Hanya
Nyak Hasan sajalah dapat meloloskan diri,lari ke Kuala Jeumpa.
Kedatangan Nyak Hasan
disambut oleh ibu Saian dengan sedih. Tiada beberapa lama datang pula Ahmad
menanyakan akan kebebasannya. Karena menurut keputusan sidang malam itu ia
harus di tahan selama enam bulan. Apakah sekarang sudah mendapat Amenesty?
Inilah makanya Ahmad segera datang.
“bagaimana,San?
Tanya Ahmad mula-mula ketika berjabat tangan.
“ya,bagaimana?”
“bukan!
Maksud ku dari mana?”
BERSAMBUNG.....
0 comments:
Post a Comment